Pengertian Dan Pemahaman Stop Work Authority (SWA) Dalam Lingkup HSE

 

Pengertian Dan Pemahaman Stop Work Authority (SWA) Dalam Lingkup HSE

Pengertian Dan Pemahaman Stop Work Authority (SWA) Dalam Lingkup HSE;Stop Work Authority (SWA) adalah hak dan kewenangan yang diberikan kepada pekerja untuk menghentikan pekerjaan atau aktivitas yang dianggap berbahaya atau berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan, cedera, atau kerusakan lingkungan. SWA biasanya diterapkan dalam industri dengan risiko tinggi, seperti pertambangan, minyak dan gas, serta konstruksi.

Tujuan Stop Work Authority:

  1. Mencegah kecelakaan kerja – Menghentikan pekerjaan sebelum terjadi insiden yang dapat membahayakan pekerja atau aset.
  2. Meningkatkan budaya keselamatan – Mendorong semua pekerja untuk aktif dalam menjaga lingkungan kerja yang aman.
  3. Mengurangi dampak lingkungan – Menghentikan aktivitas yang dapat menyebabkan pencemaran atau kerusakan ekosistem.

Prosedur Stop Work Authority:

  1. Identifikasi bahaya – Pekerja yang melihat potensi bahaya harus segera melaporkannya.
  2. Menghentikan pekerjaan – Aktivitas dihentikan hingga evaluasi lebih lanjut dilakukan.
  3. Evaluasi dan mitigasi – Tim keselamatan atau supervisor menilai situasi dan menentukan langkah pengendalian.
  4. Melanjutkan pekerjaan – Jika sudah aman, pekerjaan dapat dilanjutkan setelah mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang.
  5. Dokumentasi dan pelaporan – Semua tindakan SWA harus dicatat untuk pembelajaran dan perbaikan ke depan.

Prinsip Stop Work Authority (SWA)

Agar Stop Work Authority (SWA) dapat diterapkan dengan efektif, ada beberapa prinsip utama yang harus dipahami dan diikuti oleh semua pekerja:

  1. Keselamatan adalah Prioritas Utama

    • SWA bertujuan untuk melindungi pekerja, peralatan, dan lingkungan dari potensi bahaya atau kecelakaan.
    • Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja.
  2. Setiap Pekerja Memiliki Hak untuk Menghentikan Pekerjaan

    • Semua pekerja, tanpa memandang jabatan atau pengalaman, berhak menghentikan pekerjaan jika mereka melihat potensi bahaya.
    • Tidak boleh ada hukuman atau konsekuensi negatif bagi pekerja yang menggunakan hak SWA dengan itikad baik.
  3. Berdasarkan Identifikasi Bahaya yang Jelas

    • SWA hanya digunakan ketika ada indikasi jelas bahwa suatu pekerjaan berisiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau lingkungan.
    • Pekerja harus memahami bagaimana mengenali kondisi kerja yang tidak aman.
  4. Proses Penghentian Harus Dilakukan dengan Benar

    • Pekerja harus segera memberi tahu tim atau supervisor terkait alasan penghentian.
    • Diskusi dan investigasi dilakukan untuk memastikan masalah diatasi sebelum pekerjaan dilanjutkan.
  5. Evaluasi dan Tindakan Perbaikan Harus Dilakukan

    • Setelah SWA diaktifkan, perusahaan harus menilai risiko dan menerapkan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.
    • Pekerjaan tidak boleh dilanjutkan sampai kondisi sudah dinyatakan aman.
  6. Membangun Budaya Keselamatan yang Kuat

    • Perusahaan harus mendukung dan mendorong pekerja untuk berani menggunakan SWA tanpa rasa takut.
    • Pelatihan dan sosialisasi harus dilakukan secara rutin agar semua pekerja memahami peran mereka dalam menerapkan SWA.
  7. Dokumentasi dan Pembelajaran dari Insiden SWA

    • Setiap penggunaan SWA harus dicatat dan dianalisis agar menjadi pembelajaran bagi semua pihak.
    • Hal ini membantu meningkatkan sistem keselamatan kerja secara berkelanjutan.

Contoh Penerapan Stop Work Authority (SWA)

Berikut beberapa contoh situasi di mana seorang pekerja dapat menggunakan Stop Work Authority (SWA) untuk mencegah kecelakaan atau risiko:

1. Penggunaan APD yang Tidak Sesuai

Situasi: Seorang pekerja konstruksi melihat rekannya bekerja di ketinggian tanpa menggunakan sabuk pengaman (safety harness).
Tindakan SWA: Pekerja menghentikan pekerjaan dan melaporkan situasi tersebut kepada supervisor untuk memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang benar sebelum pekerjaan dilanjutkan.

2. Kebocoran Bahan Kimia Berbahaya

Situasi: Seorang teknisi di pabrik melihat adanya tumpahan bahan kimia beracun di lantai yang berpotensi membahayakan pekerja lain.
Tindakan SWA: Teknisi segera menghentikan aktivitas di area tersebut, memberi peringatan kepada pekerja lain, dan melaporkan kejadian ke tim keselamatan untuk menangani kebocoran dengan prosedur yang benar.

3. Alat atau Mesin Tidak Berfungsi dengan Baik

Situasi: Seorang operator alat berat mendengar suara tidak biasa dari mesin derek (crane) yang digunakan untuk mengangkat beban berat.
Tindakan SWA: Operator segera menghentikan penggunaan derek, memberi tahu supervisor, dan menunggu inspeksi teknisi sebelum alat digunakan kembali.

4. Potensi Ledakan di Area Kerja

Situasi: Seorang pekerja di fasilitas minyak dan gas mencium bau gas yang kuat di sekitar area kerja.
Tindakan SWA: Pekerja segera menghentikan aktivitas di area tersebut, melapor ke petugas keamanan, dan memastikan semua pekerja menjauh hingga penyebab kebocoran gas ditemukan dan diperbaiki.

5. Kurangnya Izin Kerja di Area Berisiko

Situasi: Seorang teknisi kelistrikan melihat sekelompok pekerja mencoba melakukan pekerjaan pemeliharaan di panel listrik tanpa izin kerja resmi.
Tindakan SWA: Teknisi menghentikan pekerjaan dan mengonfirmasi apakah izin kerja sudah dikeluarkan sebelum pekerjaan dapat dilanjutkan dengan aman.

Penerapan Stop Work Authority (SWA) seperti dalam contoh di atas dapat mencegah kecelakaan serius dan memastikan keselamatan di tempat kerja.