Proses mencapai zero accident


Proses mencapai zero accident;melihat perkembangan jaman beragam tipe industri di penjuru dunia makin mengalami perkembangan. Di Indonesia sendiri, seperti industri pertambangan batubara, minyak sampai manufaktur ikut juga berkembang.

Makin mengembangnya sesuatu industri, pasti makin bertambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dibutuhkan sesuatu proses atau pemantauan untuk menahan berlangsungnya kecelakaan kerja dan karyawan bisa merasakan aman saat lakukan kerjanya.

Untuk meminimalkan angka kecelakaan kerja, pemerintahan mengaplikasikan program zero accident sebagai wujud apresiasi pada beberapa perusahaan yang sukses mengaplikasikan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik.

Zero Accident sebagai kondisi di mana sebuah perusahaan sanggup kurangi terjadinya kecelakaan kerja. Bukan hanya kurangi, tetapi juga menahan kecelakaan kerja dan menjamin tenaga kerja itu memperoleh pelindungan atas keselamatannya.

Berikut 5 proses capai zero accident berdasar pengalaman nyata selama bekerja merujuk standard keselamatan kerja OHSAS 18001

1. Membuat Safety Officer

Safety officer bekerja mengelola K3 seperti rencana, organisasi, penerapan dan penilaian pada standard K3 berikut perolehan hasil. Safety officer bertanggungjawab menahan bahaya atau kecelakaan kerja. Pada industri kecil, peranan safety officer bersatu dengan general affairs tapi untuk industri besar peranan safety officer akan mempunyai susunan organisasinya sendiri.

Kontributor safety officer pada perolehan sasaran zero accident berbentuk rencana dan perlakuan penangkalan pada terjadinya kemungkinan kecelakaan kerja. Semua proses tugas pada tiap sisi dipelajari ada kemungkinan risiko kecelakaan kerja karena tugas itu. Dengan ketahui risiko itu karena itu diusahakan perlakuan atau improvement penangkalan kecelakaannya.

Safety officer membuat HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Kontrol) berdasar standard OHSAS 18001:2007 clause 4.3.1. HIRADC (apabila sudah mengaplikasikan) seterusnya jadi referensi proses capai zero accident dalam analisis bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengaturan bahaya risiko masing-masing departemen.

2. Membuat P2K3

Proses capai zero accident ke-2 ialah membuat P2K3 yakni tubuh pembantu pada tempat kerja sebagai tempat kerja-sama di antara pebisnis dan karyawan untuk implementasi K3. P2K3 bisa memberi anjuran baik disuruh atau tanpa disuruh ke pebisnis mengenai permasalahan K3.

Kenapa P2K3 perlu dibuat?

Pembangunan P2K3 (Panitia Pembimbing Keselamatan dan Kesehatan Kerja) hukumnya harus untuk industri dengan tenaga kerja 100 (100) orang ataupun lebih atau mungkin kurang dari 100 tapi industri itu memakai bahan, proses dan instalasi yang mempunyai potensi besar pada berlangsungnya ledakan, kebakaran, keracunan dan radiasi (sumber: PER.04/MEN/1987).

Dalam susunan organisasi P2K3, status sekretaris harus digenggam seorang pakar K3 umum atau dapat digenggam oleh safety officer. Ini berkaitan tanggung-jawab sekretaris P2K3 menuntut pengetahuan dalam mengenai K3 salah satunya memberi kontribusi / anjuran ke seksi - seksi dan membuat laporan ke lembaga pemerintahan Disnakertrans berkenaan keadaan dan perlakuan bahaya pada tempat kerja berikut cara pas langkah antisipasinya.

Kontributor P2K3 pada proses capai zero accident ialah koordinasi, pengecekan penilaian pada kekuatan munculnya kecelakaan kerja. P2K3 mempunyai ijin patroli K3 ke tiap tempat kerja dan mempunyai wewenang hentikan proses kerja jika dipastikan mempunyai risiko tinggi tapi belum sempat dilaksanakan mengantisipasi pencegahannnya.

3. Agenda Kerja (Task List) K3

Agenda kerja K3 ialah daftar pekerjaan berkaitan permasalahan K3, dibikin oleh tiap departemen dan komite dalam pengawasan safety officer dan P2K3. Jadwal kerja K3 sebagai hasil penilaian KPI zero accident.

Contoh kerjanya sebagai berikut:

Tiap departemen atau komite akan membuat sasaran perolehan zero accident masing - masing sebagai salah satunya laporan sasaran di KPI atau TTMK3L. Tiap bulan dilaksanakan rapat penilaian perolehan sasaran zero accident dan penilaian mengenai keadaan yang mempunyai potensi mencelakakan keselamatan karyawan dalam cakupan tiap departemen itu.


Hasilnya berbentuk beberapa point tugas K3 tiap departemen dan komite, selanjutnya dituang sebagai jadwal kerja / task daftar K3 masing - masing dan akan dipelajari tiap bulan sudahkah closing atau memang belum.


Contoh jadwal kerja:

Membuat safety cover mesin (produksi)

Membenahi pencahayaan tempat gudang sama sesuai standard lumen (PPIC)

Instalasi smoke detector (general affair)

Membuat TPS (Tempat Tempat penampungan Sementara) sampah oli di workshop (maintenance)

dan sebagainya...

4. Bujet

Ada kegiatan ada biaya. Jadwal kerja K3 sudah tentu kurang lebih membutuhkan ongkos seperti pembelian APD, penyediaan safety perlengkapan misalkan back buzzer alat berat, ongkos pelatihan karyawan supaya mendapat sertifikasi pakar K3, ongkos kelaikan perlengkapan dari Disnakertrans (SILO) dan ongkos yang lain berkaitan pemenuhan sasaran zero accident.

Bujet jadwal kerja K3 kira saja sebuah investasi dan perlindungan. Pebisnis memberi support penuh penyukupan kebutuhan jadwal kerja K3 ini. Khususnya industri bidang oil and gas minning, pebisnis harus mempunyai pengetahuan keselamatan karyawan harus jadi fokus utama khusus dari di proses usahanya sendiri. Mengapa begitu? Karena 1 kecelakaan kerja fatal dapat mengakibatkan order disetop terhitung ijin usaha ditarik.

5. Kepatuhan Pada Standard Keselamatan Kerja

Ke-4 proses capai zero accident barusan tidak ada maknanya bila karyawan kurang menghiraukan standard keselamatan kerja. Misalnya tidak patuhi kewajiban menggunakan APD, bekerja diketinggian lebih dari 2 mtr. tanpa memakai full bodi harness walau sebenarnya APD itu telah disiapkan.

Disini keutamaan publikasi K3 ke beberapa karyawan. Membuka pengetahuan jika keselamatan ialah yang khusus (Safety First) selanjutnya beri info mengenai proses aman lakukan sesuatu tugas tertentu.