Informasi yang tidak dibutuhkan saat tanggap darurat bencana
![]() |
tanggap darurat bencana |
Informasi yang tidak dibutuhkan saat tanggap darurat bencana-Ketika bencana melanda, setiap detik sangat berharga. Ironisnya, di era digital ini, kita justru sering tenggelam dalam lautan informasi yang tidak semuanya berguna. Bahkan, beberapa informasi bisa menjadi distraksi berbahaya yang mengancam keselamatan. Artikel ini akan membantu Anda memahami informasi apa saja yang TIDAK perlu diprioritaskan saat tanggap darurat, sehingga Anda bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar menyelamatkan nyawa.
Mengapa Memilah Informasi Saat Bencana Itu Penting?
Dampak Information Overload Saat Krisis
Tahukah Anda bahwa menurut data BNPB, sekitar 23% kesalahan evakuasi disebabkan oleh informasi yang simpang siur? Fenomena information overload atau kelebihan informasi saat bencana bukan sekadar masalah teknis—ini bisa berakibat fatal.
Saat Gempa Lombok 2018, tercatat lebih dari 100.000 pesan WhatsApp beredar dalam 24 jam pertama. Namun, hanya sekitar 15% yang berisi informasi valid dan berguna. Sisanya? Rumor, spekulasi, dan informasi tidak relevan yang justru memicu kepanikan massal.
Secara psikologis, otak manusia dalam kondisi stress hanya mampu memproses informasi terbatas. Dr. Sarah Johnson dari Harvard Medical School menjelaskan bahwa saat panik, kapasitas kognitif kita menurun hingga 45%. Artinya, terlalu banyak informasi justru membuat kita semakin sulit mengambil keputusan tepat.
Decision fatigue atau kelelahan mengambil keputusan menjadi ancaman nyata. Bayangkan Anda harus memilah ratusan pesan di grup WhatsApp sambil menentukan rute evakuasi. Hasilnya? Anda mungkin terlambat mengambil tindakan krusial karena terlalu lama memproses informasi yang sebenarnya tidak penting.
Prinsip Prioritas Informasi Darurat
Dalam manajemen bencana, ada konsep penting: "Need to Know vs Nice to Know". Need to Know adalah informasi yang langsung mempengaruhi keselamatan Anda dalam 24-48 jam ke depan. Nice to Know adalah informasi menarik tapi tidak urgent.
Contoh Need to Know:
- Jalur evakuasi masih aman
- Lokasi posko terdekat
- Status anggota keluarga
Contoh Nice to Know:
- Penjelasan ilmiah detail tentang gempa
- Sejarah bencana serupa 50 tahun lalu
- Analisis politik tentang respons pemerintah
Hierarki kebutuhan informasi saat bencana mengikuti prinsip sederhana:
- Immediate Safety (0-6 jam): Informasi untuk bertahan hidup
- Short-term Survival (6-24 jam): Informasi logistik dasar
- Recovery Planning (24-72 jam): Informasi pemulihan awal
- Long-term Recovery (>72 jam): Informasi rehabilitasi
Memahami perbedaan time-sensitive vs non-time-sensitive information sangat krusial. Informasi tentang tsunami warning adalah time-sensitive—Anda punya waktu mungkin hanya 15-30 menit. Sedangkan informasi tentang prosedur klaim asuransi? Itu bisa menunggu berminggu-minggu.
7 Jenis Informasi yang TIDAK Dibutuhkan Saat Tanggap Darurat
1. Spekulasi dan Rumor yang Belum Terverifikasi
Rumor adalah pembunuh senyap saat bencana. Kasus nyata: Saat Gempa Palu 2018, beredar rumor bahwa akan ada gempa susulan 9.0 SR pada pukul 22:00. Rumor ini memicu kepanikan massal, menyebabkan kemacetan jalur evakuasi, dan ironisnya, 3 orang meninggal karena kecelakaan saat panik melarikan diri—bukan karena gempa.
Hoax bencana memiliki pola khas:
- Menggunakan bahasa sensasional ("BREAKING!", "URGENT!", "WASPADA!")
- Tidak menyebutkan sumber jelas
- Meminta untuk disebarkan segera
- Berisi prediksi waktu spesifik tanpa basis ilmiah
Cara cepat verifikasi informasi darurat:
- Cek website resmi BMKG atau BNPB (maksimal 2 menit)
- Lihat apakah media mainstream memberitakan hal sama
- Tanyakan pada petugas resmi di lokasi
- Jika ragu, JANGAN sebarkan
Ingat: Menyebarkan hoax saat bencana bukan hanya tidak etis, tapi juga melanggar UU ITE dengan ancaman pidana hingga 6 tahun penjara.
2. Detail Teknis yang Terlalu Kompleks
"Gempa terjadi akibat subduksi lempeng Indo-Australia yang menyusup di bawah lempeng Eurasia dengan kecepatan 5-7 cm/tahun, menghasilkan akumulasi stress yang..."
Stop! Saat gempa baru saja terjadi, apakah penjelasan geologis detail ini membantu Anda menyelamatkan diri? Tidak.
Informasi teknis yang tidak actionable meliputi:
- Penjelasan mekanisme fokus gempa yang rumit
- Data seismograf mentah
- Analisis spektral gelombang P dan S
- Perhitungan matematis radius dampak
Yang Anda butuhkan sederhana:
- Berapa kekuatan gempa? (angka sederhana)
- Di mana pusatnya? (lokasi umum)
- Apakah ada potensi tsunami? (ya/tidak)
- Ke mana harus evakuasi? (arah konkret)
Data statistik rumit seperti "probabilitas gempa susulan berdasarkan distribusi Gutenberg-Richter" tidak relevan untuk survival immediate. Fokus pada informasi praktis: "Gempa susulan mungkin terjadi, tetap waspada 24 jam ke depan."
3. Informasi Historis dan Latar Belakang Panjang
Saat banjir setinggi 2 meter mengepung rumah Anda, apakah Anda perlu tahu bahwa "Banjir Jakarta 1996 disebabkan oleh kombinasi La Nina dan urbanisasi masif yang dimulai era Orde Baru"? Tentu tidak.
Informasi historis yang bisa diabaikan saat darurat:
- Kronologi bencana serupa puluhan tahun lalu
- Analisis komparatif dengan bencana di negara lain
- Sejarah pembangunan infrastruktur daerah
- Data statistik bencana 10 tahun terakhir
Prioritas Anda saat ini:
- Bagaimana kondisi SEKARANG?
- Apa yang harus dilakukan SEKARANG?
- Ke mana harus pergi SEKARANG?
Konteks historis memang penting untuk pembelajaran, tapi itu urusan nanti. Saat darurat, fokus pada situasi real-time. Sejarah tidak akan mengubah fakta bahwa Anda harus evakuasi dalam 30 menit ke depan.
4. Perdebatan Politik dan Blame Game
"Ini semua gara-gara Gubernur tidak memperhatikan..." "Kalau saja Presiden lebih cepat..." "Partai X harusnya sudah mengantisipasi..."
Stop! Perdebatan politik saat bencana adalah luxury yang tidak bisa Anda afford. Kritik memang penting dalam demokrasi, tapi ada waktunya.
Hal-hal yang harus ditunda:
- Analisis kegagalan sistem peringatan dini
- Kritik alokasi anggaran mitigasi
- Debat tentang responsi pejabat
- Diskusi pergantian kepemimpinan
Energi mental Anda terbatas saat krisis. Gunakan untuk:
- Memastikan keluarga aman
- Mengamankan dokumen penting
- Koordinasi dengan tetangga
- Mencari bantuan konkret
Blame game tidak menyelesaikan masalah immediate. Fokus pada solusi: "OK, sistem gagal. Sekarang apa yang BISA kita lakukan?" Evaluasi dan akuntabilitas bisa dilakukan saat situasi sudah stabil.
5. Informasi Sensasional dari Media Sosial
Video viral seseorang menangis histeris. Foto dramatis kehancuran. Story Instagram yang penuh emoji panik. Semua ini memang mengundang empati, tapi apakah membantu Anda mengambil keputusan?
Konten media sosial yang harus diabaikan:
- Video/foto tanpa konteks lokasi dan waktu jelas
- Curahan emosi personal yang berlebihan
- Chain message dengan ancaman "kalau tidak share, kamu tidak peduli"
- Live streaming yang hanya menampilkan kepanikan
- Meme atau jokes tentang bencana (inappropriate dan tidak membantu)
Filter konten media sosial saat darurat:
- Unfollow sementara akun yang terlalu emosional
- Mute keywords yang tidak produktif
- Fokus pada akun official (BNPB, BMKG, Pemda)
- Batasi scroll maksimal 5 menit per jam
Drama personal mengalihkan perhatian dari informasi penting. Anda tidak perlu tahu bahwa influencer X kehilangan tas branded-nya saat banjir. Anda perlu tahu di mana mendapat air bersih.
6. Prediksi Jangka Panjang yang Tidak Pasti
"Menurut model prediksi, 3 bulan lagi akan ada..." "Dampak ekonomi tahun depan diperkirakan..." "Kemungkinan gempa 10 tahun mendatang..."
Saat atap rumah Anda baru saja roboh, apakah prediksi ekonomi 2025 relevan? Tidak.
Prediksi yang bisa diabaikan:
- Ramalan cuaca lebih dari 48-72 jam
- Proyeksi ekonomi makro jangka panjang
- Spekulasi politik pasca bencana
- Prediksi pembangunan kembali (bisa berubah total)
- Analisis dampak global warming 50 tahun mendatang
Fokus 24-48 jam ke depan:
- Cuaca 24 jam mendatang untuk evakuasi
- Ketersediaan logistik 2-3 hari
- Jadwal distribusi bantuan besok
- Status infrastruktur kritis hari ini
Manusia cenderung overestimate kemampuan prediksi jangka panjang. Saat krisis, yang pasti hanya 1-2 hari ke depan. Sisanya? Terlalu banyak variabel. Energi mental lebih baik untuk planning jangka pendek yang konkret.
7. Informasi Administratif Non-Urgent
"Untuk klaim asuransi, siapkan: KTP, KK, sertifikat rumah, bukti pembayaran premi 3 tahun terakhir, foto kerusakan dari 4 sudut, surat keterangan RT/RW, form A-17B dari..."
Whoa! Rumah Anda baru saja terendam banjir, dan Anda diminta mikirin 20 dokumen?
Administrasi yang bisa ditunda:
- Prosedur detail klaim asuransi
- Persyaratan lengkap bantuan jangka panjang
- Dokumentasi untuk laporan kerugian
- Proses hukum terkait property damage
- Registrasi untuk program rehabilitasi
Prioritas immediate:
- Keselamatan jiwa
- Kesehatan darurat
- Makanan dan air
- Shelter sementara
- Komunikasi dengan keluarga
Administrasi penting, tapi tidak urgent. Perusahaan asuransi tidak akan menolak klaim Anda karena terlambat seminggu. Tapi dehidrasi 3 hari bisa fatal. Simpan energi untuk survival dulu, paperwork kemudian.
Rule of thumb: Jika bisa ditunda 72 jam tanpa konsekuensi kesehatan/keselamatan, itu bukan prioritas saat darurat.
Informasi PRIORITAS yang Harus Difokuskan
Informasi Keselamatan Immediate
Saat bencana, informasi keselamatan adalah raja. Ini yang HARUS Anda ketahui dalam 30 menit pertama:
Lokasi Aman Terdekat:
- Titik kumpul resmi (biasanya lapangan, sekolah, masjid)
- Jarak dan waktu tempuh dari lokasi Anda
- Kondisi akses (banjir? tertutup reruntuhan?)
- Kapasitas dan fasilitas dasar
Jalur Evakuasi:
- Rute primer dan alternatif
- Kondisi real-time (macet? rusak? banjir?)
- Moda transportasi yang tersedia
- Titik-titik berbahaya yang harus dihindari
Status Anggota Keluarga:
- Lokasi setiap anggota
- Kondisi kesehatan
- Rencana pertemuan jika terpisah
- Nomor kontak darurat yang aktif
Nomor Darurat Aktif:
- 112 (Nomor Darurat Nasional)
- 119 (Pemadam Kebakaran)
- 118/119 (Ambulans)
- Posko bencana lokal
- WhatsApp/Telegram group koordinasi RT/RW
Pro tip: Screenshot atau tulis nomor penting. Saat darurat, sinyal internet mungkin hilang, tapi SMS/telepon masih bisa.
Informasi Logistik Dasar
Setelah aman, fokus pada bertahan hidup 24-72 jam:
Lokasi Distribusi Bantuan:
- Posko bantuan terdekat
- Jadwal distribusi (pagi/siang/sore)
- Jenis bantuan yang tersedia
- Persyaratan (KTP? Kartu Keluarga?)
Ketersediaan Air Bersih:
- Sumber air yang aman
- Jadwal distribusi air bersih
- Lokasi water treatment darurat
- Cara emergency water purification
Pos Kesehatan Darurat:
- Lokasi pos kesehatan/RS darurat
- Jenis layanan tersedia
- Obat-obatan yang ada
- Jadwal kunjungan medis keliling
Shelter Sementara:
- Lokasi tenda darurat/huntara
- Kapasitas dan fasilitas
- Aturan dan jadwal
- Distribusi selimut/kasur darurat
Update Situasi Real-Time
Informasi yang berubah cepat dan harus di-update regular:
Perkembangan Bencana:
- Status terkini (mereda? memburuk? stabil?)
- Area terdampak baru
- Perkiraan durasi kondisi darurat
- Level peringatan saat ini
Instruksi Resmi dari Otoritas:
- Perintah evakuasi wajib/sukarela
- Zona bahaya yang harus dihindari
- Jam malam darurat (jika ada)
- Protokol kesehatan khusus bencana
Peringatan Dini Lanjutan:
- Alert untuk bahaya susulan
- Perubahan cuaca signifikan
- Potensi bencana ikutan (longsor setelah gempa, dll)
- Update radius aman
Gunakan aplikasi resmi seperti InaRisk atau BMKG untuk update real-time. Set notification untuk alert penting saja, matikan notifikasi tidak kritis untuk menghemat baterai.
Cara Efektif Menyaring Informasi Saat Bencana
Gunakan Sumber Resmi Terpercaya
Tidak semua sumber informasi diciptakan sama. Saat bencana, andalkan sumber-sumber ini:
Website Resmi:
- BNPB.go.id - Info bencana nasional
- BMKG.go.id - Peringatan dini cuaca dan gempa
- Seismicportal.eu - Data gempa real-time
- Website Pemda setempat
- InAWARE.bnpb.go.id - Peta bencana interaktif
Channel Komunikasi Resmi:
- Twitter @BNPB_Indonesia (respons cepat)
- Instagram @bnpb_indonesia
- Telegram Channel BMKG
- Radio RRI (tetap aktif saat listrik mati)
- SMS Blast dari operator seluler
Verifikasi Akun Media Sosial:
- Cek centang biru (verified)
- Lihat bio untuk website resmi
- Periksa konsistensi posting
- Bandingkan dengan sumber lain
- Hati-hati akun tiruan (typo nama, follower sedikit)
Red flags akun palsu:
- Dibuat baru-baru ini
- Nama mirip tapi tidak sama
- Posting tidak konsisten
- Minta donasi ke rekening pribadi
- Bahasa tidak formal/banyak typo
Terapkan Metode STOP
Metode STOP adalah filter mental cepat sebelum menerima atau menyebarkan informasi:
S - Stop (Berhenti) Jangan langsung forward atau share. Ambil napas. Tahan jempol Anda 10 detik. Reaksi emosional pertama sering menyesatkan. Informasi yang memicu emosi kuat (takut, marah, sedih berlebihan) perlu dicurigai.
T - Think (Pikirkan) Tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah ini masuk akal?
- Apakah ini membantu saya mengambil keputusan?
- Siapa yang diuntungkan jika ini disebarkan?
- Apakah ada agenda tersembunyi?
O - Observe (Amati) Cek sumber lain:
- Apakah media mainstream memberitakan?
- Apa kata sumber resmi?
- Adakah bukti foto/video yang valid?
- Apakah ada kontradiksi dengan info sebelumnya?
P - Plan (Rencanakan) Tentukan tindakan:
- Jika valid dan penting → ambil tindakan dan share ke yang membutuhkan
- Jika valid tapi tidak urgent → simpan untuk nanti
- Jika meragukan → abaikan
- Jika pasti hoax → laporkan dan edukasi penyebar
Contoh penerapan: "BREAKING: Tsunami 20 meter akan terjadi jam 15:00!"
- Stop: Jangan panik
- Think: BMKG tidak pernah bisa prediksi waktu exact
- Observe: Cek BMKG - tidak ada warning
- Plan: Abaikan, edukasi penyebar
Batasi Konsumsi Media
Information diet saat bencana sama pentingnya dengan diet makanan:
Set Waktu Khusus Update:
- Pagi (06:00): Cek situasi overnight
- Siang (12:00): Update kondisi terkini
- Sore (18:00): Persiapan malam
- Malam (21:00): Final check sebelum tidur
Di luar jam ini? Matikan notifikasi kecuali emergency alert.
Pilih 2-3 Sumber Utama:
- Satu sumber resmi (BNPB/BMKG)
- Satu media mainstream terpercaya
- Satu group koordinasi lokal
Lebih dari ini = information overload.
Hindari Doom Scrolling: Doom scrolling adalah membaca berita buruk terus-menerus tanpa henti. Efeknya:
- Meningkatkan anxiety
- Mengurangi kemampuan decision making
- Menguras energi mental
- Mengganggu tidur
Cara menghindari:
- Set timer 5 menit per session
- Gunakan app blocker setelah limit
- Minta keluarga ingatkan
- Fokus pada actionable info saja
Studi Kasus: Pembelajaran dari Bencana Sebelumnya
![]() |
Bancana Alam |
Kasus Gempa Palu 2018
Gempa dan tsunami Palu 28 September 2018 memberikan pelajaran berharga tentang bahaya misinformasi.
Informasi Hoax yang Beredar:
- "Air laut surut drastis di Makassar" - menyebabkan kepanikan padahal Makassar 800 km dari Palu
- "Gempa susulan 9.0 SR jam 22:00" - memicu evakuasi panik tanpa dasar
- "Gunung Soputan akan meletus besar" - mengalihkan fokus dari bantuan tsunami
- "Palu akan tenggelam total" - menyebabkan eksodus massal tidak perlu
Dampak Misinformasi:
- 3 korban kecelakaan saat evakuasi panik
- Kemacetan jalur logistik bantuan
- Penjarahan terjadi karena rumor kehabisan stok
- Trauma psikologis tambahan pada survivor
Lesson Learned:
- Bentuk single source of truth (satu sumber informasi resmi)
- Training literasi digital untuk masyarakat
- Siapkan template informasi crisis communication
- Aktifkan radio darurat sebagai backup
- Libatkan tokoh masyarakat untuk counter hoax
Kasus Banjir Jakarta 2020
Banjir Jakarta Januari 2020 menunjukkan problem information overload di era media sosial.
Information Overload yang Terjadi:
- 500,000+ tweet dalam 24 jam
- 10,000+ story Instagram per jam
- Ratusan group WhatsApp dadakan
- Puluhan live streaming bersamaan
Informasi yang Terbukti Tidak Berguna:
- Foto banjir tanpa lokasi spesifik
- Video viral tapi dari tahun sebelumnya
- Spekulasi celebrity tentang penyebab banjir
- Debat online tentang normalisasi vs naturalisasi
- Meme banjir yang mengalihkan perhatian
Best Practice yang Bisa Diterapkan:
- Buat hashtag resmi untuk koordinasi (#BanjirJakarta2020Resmi)
- Assign satu admin per group untuk filter info
- Gunakan Google Maps untuk marking lokasi real-time
- Prioritaskan voice note untuk urgent info (lebih cepat dari typing)
- Buat infografis sederhana, bukan wall of text
Panduan Praktis untuk Berbagai Jenis Bencana
Saat Gempa Bumi
Info Prioritas:
- Kekuatan dan lokasi episentrum
- Potensi tsunami (ya/tidak)
- Bangunan yang rusak/roboh
- Jalur evakuasi yang aman
- Lokasi berkumpul keluarga
Yang Bisa Diabaikan:
- Penjelasan teknis patahan
- Sejarah gempa daerah tersebut
- Prediksi gempa jangka panjang
- Analisis konstruksi bangunan
- Debat building code
Checklist Informasi Krusial: ✓ Magnitude gempa ✓ Peringatan tsunami ✓ Aftershock warning ✓ Lokasi aman terdekat ✓ Status keluarga ✓ Rumah sakit yang beroperasi ✓ Jalur yang bisa dilalui
Saat Banjir
Fokus Informasi:
- Ketinggian air real-time
- Prediksi curah hujan 6-12 jam
- Status pintu air/waduk
- Jalur yang tidak terendam
- Lokasi evakuasi kering
- Risiko banjir susulan
Yang Bisa Diabaikan Sementara:
- Analisis tata kota
- Sejarah banjir Jakarta
- Debat banjir kiriman vs lokal
- Kritik sistem drainase
- Spekulasi kerugian ekonomi
Quick Decision Matrix:
- Air < 30cm: Stay alert, siapkan evakuasi
- Air 30-70cm: Evakuasi anak dan lansia
- Air > 70cm: Evakuasi semua
- Air naik cepat: Evakuasi immediate
Saat Kebakaran Hutan
Informasi Kualitas Udara Prioritas:
- PM2.5 reading real-time
- Arah angin 6 jam ke depan
- Radius asap tebal
- Lokasi titik api aktif
- Ketersediaan masker
Info Lainnya yang Bisa Ditunda:
- Analisis penyebab kebakaran
- Statistik lahan terbakar
- Debat sawit vs HTI
- Dampak ekonomi jangka panjang
- Perbandingan dengan negara lain
Prioritas Evakuasi:
- PM2.5 > 300: Evakuasi wajib untuk semua
- PM2.5 200-300: Evakuasi anak, lansia, ibu hamil
- PM2.5 150-200: Batasi aktivitas luar
- PM2.5 < 150: Gunakan masker N95
FAQ
1. Apakah semua informasi dari pemerintah pasti penting saat bencana?
Tidak selalu. Pemerintah juga bisa mengeluarkan informasi rutin yang tidak urgent. Bedakan antara:
- Alert/Warning (PENTING): Peringatan bahaya immediate
- Advisory (PERTIMBANGKAN): Saran untuk kewaspadaan
- Statement (INFORMASI): Update rutin, bisa ditunda
Fokus pada Alert dan Warning. Statement bisa dibaca nanti.
2. Bagaimana cara membedakan hoax dengan informasi valid dengan cepat?
Gunakan teknik SWIFT:
- Source: Dari mana? Resmi atau abal-abal?
- When: Kapan? Info lama di-recycle?
- Image: Foto asli atau editan? (Reverse image search)
- Facts: Cocok dengan fakta yang sudah confirmed?
- Tone: Bahasanya wajar atau lebay?
Proses ini maksimal 60 detik. Lebih lama? Skip dulu.
3. Berapa lama sebaiknya menunda informasi non-prioritas?
Minimal 72 jam (3 hari) setelah fase emergency. Timeline umum:
- 0-24 jam: Hanya life-saving info
- 24-72 jam: Tambah info logistik dasar
- 72 jam-1 minggu: Mulai info recovery
"1 minggu: Baru proses administrasi dan analisis"
4. Apakah update media sosial dari teman/keluarga termasuk prioritas?
Tergantung konteksnya:
- "Saya selamat di lokasi X" → PRIORITAS
- "Butuh bantuan urgent di Y" → PRIORITAS
- "Foto selfie di posko" → Tidak prioritas
- "Curhat panjang tentang trauma" → Bisa ditunda
- "Share chain message" → Abaikan
5. Kapan waktu yang tepat untuk mulai mengurus administrasi pasca bencana?
Setelah fase emergency (biasanya 72 jam-1 minggu):
- Hari 1-3: Fokus survival
- Hari 4-7: Mulai dokumentasi kerusakan
- Minggu 2: Hubungi asuransi
- Minggu 3-4: Lengkapi berkas klaim
- Bulan 2+: Follow up administrasi
Perusahaan asuransi biasanya memberi waktu 30-60 hari untuk klaim. Plenty of time.
6. Bagaimana jika saya melewatkan informasi penting karena terlalu selektif?
Informasi benar-benar penting pasti akan:
- Diulang berkali-kali
- Datang dari multiple sources
- Disampaikan via berbagai channel
- Ada di summary/recap resmi
Jika Anda melewatkannya di semua channel, kemungkinan memang tidak sepenting itu. Trust the system.
7. Apakah informasi cuaca selalu menjadi prioritas?
Tidak selalu. Prioritaskan berdasarkan relevansi:
- Extreme weather warning → SELALU PRIORITAS
- Cuaca 6-12 jam untuk evakuasi → Prioritas
- Cuaca normal 24 jam → Pertimbangkan
- Prakiraan cuaca seminggu → Tidak prioritas
- Analisis perubahan iklim → Definitely bukan prioritas
Kesimpulan
Menghadapi bencana membutuhkan fokus yang tajam. Dalam situasi di mana setiap detik berharga, kemampuan memilah informasi bisa menjadi perbedaan antara selamat dan celaka. Ingat selalu prinsip dasar: Need to Know beats Nice to Know.
Informasi yang tidak dibutuhkan saat tanggap darurat—mulai dari rumor, detail teknis berlebihan, hingga perdebatan politik—bukan hanya membuang waktu, tapi aktif membahayakan Anda dan orang lain. Sebaliknya, fokus pada informasi keselamatan immediate, logistik dasar, dan update real-time dari sumber terpercaya.