Jangkar pagi: Bab 1
Table of Contents
![]() |
Jangkar pagi Bab 1 |
Jangkar pagi: Bab 1
Kenji menyilangkan tangan, bersandar di dinding saat Pak Budi memulai safety talk paginya. "Lagi-lagi hal yang sama," gumamnya, matanya melirik ke arah bengkel yang ramai. Baginya, semua pengarahan ini hanyalah buang-buang waktu. Dia tahu apa yang harus dilakukannya.
"Kau tidak mendengarkan lagi, ya?" Rina menyenggolnya saat mereka berjalan ke pos kerja mereka. "Pak Budi terdengar serius hari ini." Kenji hanya tertawa. "Ayolah, Rina. Aku bisa melakukan ini dengan mata tertutup. Kita di sini untuk bekerja, bukan untuk mendengarkan dongeng."
Di seberang ruangan, Pak Budi menunjuk ke arah mesin press hidrolik besar. "Dengar semuanya! Mesin nomor tiga sedikit bermasalah. Pastikan kalian melakukan pengecekan tekanan ganda sebelum mengoperasikannya. Prosedur barunya sudah ada di tablet kalian."
Kenji tiba di mesin nomor tiga dan melirik tabletnya sekilas sebelum melemparkannya ke meja perkakas. "Pengecekan ganda? Buang-buang waktu," desisnya pada diri sendiri. Dengan percaya diri, dia menyalakan mesin itu, mengabaikan prosedur baru.
Tiba-tiba, terdengar suara dentuman logam yang memekakkan telinga. Sebuah selang hidrolik pecah, menyemprotkan minyak panas hanya beberapa senti dari wajah Kenji. Mesin itu bergetar hebat dan berhenti. Jantung Kenji serasa berhenti berdetak.
![]() |
Area mesin |
"Kenji! Kamu tidak apa-apa?" Rina berlari menghampirinya, wajahnya pucat. "Itu... itu yang Pak Budi katakan! Pengecekan tekanan!" Kenji hanya bisa menatap selang yang rusak itu, napasnya terengah-engah.
Pak Budi tiba, langkahnya cepat namun tenang. Dia tidak marah. Dia memandang Kenji, lalu ke mesin. "Jika tekanan itu sedikit lebih tinggi, seluruh lengan press bisa patah," katanya dengan suara pelan namun tegas. "Prosedur itu ada karena suatu alasan, Nak."
Rasa malu dan dinginnya rasa takut menjalari Kenji. Keangkuhannya hampir saja menelan biaya yang tak terbayangkan. Bukan hanya nyawanya sendiri, tapi dia juga bisa membahayakan Rina dan yang lainnya.
![]() |
Kembali ke pos kerja |
Keesokan paginya, Kenji berdiri di barisan depan saat safety talk. Dia tidak bersandar, tidak melamun. Matanya tertuju pada Pak Budi, menyerap setiap kata, setiap peringatan, setiap prosedur. Dia mengerti sekarang.
Kembali di pos kerja, Kenji dengan teliti melakukan setiap poin pada daftar periksa di tabletnya. Dia melirik ke seberang bengkel dan bertemu pandang dengan Pak Budi, yang memberinya anggukan kecil penuh penghargaan. Safety talk bukan lagi sebuah gangguan, melainkan sebuah jangkar.